MENDEKAP RINDU

Ketika rindu ini begitu menghujam. Apalah dayaku yang hanya mampu berucap lirih ‘aku rindu, sangat merindukamu’ sendiri, di dalam kesunyianku. Hanyalah sekelebat kenangan samar-samar yang mucul sebagai wakil dari hadirmu. Anehnya itu malah semakin membuatku gila akan sosokmu. Sudah lama memang, namun entah kenapa rasa itu masih saja menyesak, bergelung di kedalaman hati. Seakan ia tersesat di  sebuah labirin gelap dan tak pernah menemukan jalannya kembali.

Seperti orang bodoh, kubiarkan rindu ini semakin meronta dan mencari keberadaan tuannya. Inginku melepas namun entah bagaimana caraku untuk mengusirnya pergi. Apa mungkin ini adalah sebuah hukuman karena tanpa izin dengan beraninya aku telah mencuri sepotong hatimu? Ya, bisa jadi begitu.

Tak apa jika memang seperti itu. Maka, biarlah hanya aku yang memelihara dengan baik rindu ini, menikmatinya seorang diri. Setidaknya, di setiap hadirnya ia bisa kujadikan teman dalam memecah kesunyian di kegelapan malam. Sebaliknya jika suatu hari nanti kau juga merasakan seperti apa yang kurasakan saat ini, pun kebetulan kau tak cukup kuat untuk menahannya, kau bisa memberikannya kepadaku, setengahnya.

Leave a comment